Pantai Pulau Merah

Terletak di ujung Selatan Pesisir Banyuwangi Jawa Timur

Bande Alit

Pesisir selatan Jember

awak kapal

Selat Bali

savana hijau

Menikmati kehijauan di savana Baluran Jawa Timur

Perahu

di pesisir wisata Pantai Bedul Banyuwangi

Jumat, 21 November 2014

Masihkah kau memintaku untuk tidak cemburu?

“Jangan cemburu!” Katamu.
Oke, aku memang tidak pernah cemburu.
Aku tidak pernah cemburu kepada teman lelakiku ketika mereka bercanda dengan perempuan bukan aku.
aku tidak pernah cemburu kepada teman lelakiku ketika mereka berjalan dengan perempuan bukan aku.
aku tidak pernah cemburu kepada teman lelakiku ketika mereka berkata sayang kepada perempuan bukan aku.
Kamu memintaku untuk tidak cemburu? Sama artinya kamu memintaku menganggapmu sebagai teman lelakiku sama seperti mereka.
Masihkah kau memintaku untuk tidak cemburu?

Kamis, 20 November 2014

akankan tetap baik-baik saja?



disudut lapangan parkir aku menatap lebih lama untuk meyakinkan diri bahwa kau sedang bercanda dengan bukan aku. santer terdengar dia mempunyai nilai lebih di matamu. aku tidak pernah lupa rasanya melihat hal yang penuh dengan tebakan "apakah iya benar seperti itu?" tapi tidak seorangpun bisa menjawabnya karena pertanyaan itu tidak aku utarakan. es krim gratisan yang ku dapat dari teman tidak layak ku sebut enak saat itu. keramaian berkumpul dengan teman tetap membuatku terdiam hening tanpa kata. keputus asaan akan sebuah keoptimisan nyatanya benar-benar nyata. suara dari mulut ke mulut tidak akan membuatku ragu, namun ketika mata melihat semua mendadak goyah.

sekali kau melihat ke arahku, seakan kau ingin berkata semua akan baik-baik saja. aku ingin sekali mengerti apa maksud dari pandangan matamu. nyatanya hingga sekarang aku tak juga mengerti. sesekali bicaralah, itu yang akan membuatku berhenti menerka dan menyimpulkan.

mundur, cukup, sudah mari akhiri. dan sekarang masih bertahan. lalu semua itu apa? ya memang benar katamu, semua akan baik-baik saja. haruskah aku meneruskan untuk menebak semua tanda tanya yang jawabannya harus aku buat sendiri? inginku semua terjawab akan baik-baik saja. namun saat aku lelah semua mendadak berubah dan ingin merelakan untuk berakhir.

maaf.

Sabtu, 06 September 2014

Diamlah Untukku

Diamlah dijarak yang tak dekat
Biarkanku melupakanmu
Biarkanku mencoba tertawa tanpamu
Biarkanku tak lagi mengingatmu, menjadi milikku.
Diamlah jangan mendekat
Biarkanku mengarungi hidup
Biarkanku mengisi hari
Biarkanku mencoba menikmati setiap langkah
Tanpamu.
Diamlah ....
Diamlahh hingga aku tlah bisa menerima keputusanmu
Diamlah sampai aku merasa tak ingin memilikimu
Diamlah untuk beberapa waktu saja


Dan suatu ketika aku mulai menegurmu dengan senyuman manis tanpa beban akan masa lalu, disanalah diammu berakhir.

Jumat, 05 September 2014

Tak ada rasa sayang melebihi air mata

Tak ada rasa sayang melebihi air mata.
Jika sekali waktu ku teteskan untukmu,
Jangan lagi kau tanya seberapa dalam rasa sayangku padamu.
Bukankah sumber air itu keberadaannya cukup dalam?
Tengoklah sumur disebelah rumah.
Jika kau masih ragu,
Biarkan airnya terus mengalir,
Maka kau akan tahu seberapa banyak itu.
Jika kau tak mampu mengukurnya,
Biarkan waktu yang melakukan.

Seberapa lama waktu menunggumu menyeka air mataku.

Kamis, 04 September 2014

Yang sempat hampir menghilang



                Biasa, tanpa asin, manis, pahit. Hambar. Entah harus bersyukur atau bagaimana. Ketika tanpa sedikitpun rasa yang pernah aku cicipi selama ini. Terkadang rasa asin menggangguku untuk menikmati air laut, terkadang rasa manis menggangguku gigi berlubangku meneguk air, dan kadang rasa pahit menghalangiku merasakan nikmatnya butir obat. Dan ketika semua rasa itu tiba-tiba tak tinggal satupun hanya ada kata “hambar”. Yang pernah aku harapkan saat merasakan rasa asin, manis, pahit itu hilang.
                 


Jumat, 29 Agustus 2014

aku pernah menunggumu

di sini aku pernah menunggumu
menatap setiap mereka yang datang
membesarkan harapan
meyakinkan diri
memekakan telinga akan suaramu
berasa jadi empunya kamu
yang paling tahu segala tenteng kamu
degubku menjadi harapan tanda akan hadirmu
mungkin aku terlalu memaksa rasa
tapi di sini aku pernah menunggumu

Di sini, tempat aku pernah menunggumu

K A U ku

Kau kenangan yang terindah.
Kau ungkapan yang tak tersampaikan.
Kau ada namun tak ada.
Dan kau, aku ingin kau tau.

Aku ingin melangkah denganmu meski harus seribu langkah perhari. Tapi, tak berani untuk memulai langkah awal. Jadi sama saja dengan mimpi. Walau kau nyata di depanku.

Selasa, 26 Agustus 2014

lomba makan mie panas yg dikejar adzan subuh



lomba makan mie panas yg dikejar adzan subuh



itu rasanya sesuatu dan sanggup bikin mata melek. Coba deh rasain. Tak lagi senikmat menu sarapan pagi yang disedu bersama coklat manis di pagi hari.

Prosesnya mie masuk ke dalam tubuh itu tidak sebentar. Melewati proses pemanasan terlebih dahulu, sudah panas makannya paling nikmat itu kalau udah dingin lagi jadi tinggal sruput. Kalau seperti ini sruutnya pakai tenaga dalam dengan termometer penurun suhu berlipat ganda agar terasa dingin sampai lidah mati rasa.

Ya.... rasa panas yang menyengat ditambah speed nya gas pol membuat lidah tak lagi bergoyang menikmati cita rasa mie nya.

Sama sepertimu, tatkala menatap wajah, tak lagi dapat ku nikmati pelannya waktu. Speed mulai bertambah untuk segera menjauh. 

Kalau jauh kangen kalau dekat menghindar. Itu yang bisa aku rasakan. Terutama ketika sudah banyak yang mengenal dan menginginkanmu menjadikan orang lain bagiku.

Tak lagi lidah yang merasakan panasnya rasa, tapi hati ini berdesir ketika membaca semua tentangmu dimulut mereka.

Kau berharga bagiku, tapi tak akan ku memaksakanmu untuk tetap masuk ke dalam hatiku selayaknya mie instan pagi ku ini yang ku paksa untuk tetap mengisi ke kosongan perutku.

Ehemmm.. aku tak mau kau seperti mie instan, mudah sekali di dapat, mudah sekali ditelan dan akhirnya mudah sekali menghilang dari mangkuk di depan mataku.

Aku percaya dengan semua yang kau pilih akan jadi yang terbaik. Dari sini hanya dapat melihat dan menyiksa batin menahan dan memendam semua. 

See u next time, semoga kita berjumpa dilain waktu dan menikmati caraku menelan mie instan pagi ini. Berlomba denganmu bersama adzan subuh yang mengejar untuk mempercepat speed kita untuk segera sampai pada finish.

lomba makan mie panas yg dikejar adzan subuh, dipagi yang ngantuk ini



Senin, 25 Agustus 2014

Aku tak ingin mahkota



Aku tak ingin mahkota.


Aku tak ingin istana.


Ketika semua orang berbondong-bondong berlari mengejarnya, aku hanya ingin melengang pergi meninggalkannya dan menuju ketempat yang tidak semua orang bisa capai. Disana hanya ada mereka yang mau berjuang yang mendapatkannya, disana hanya ada mereka yang tak menomor satukan rupiah. Mereka yang tak segan-segan menguras keringat bukan hanya karena rupiah melainkan karena kebebasan. Mereka yang tak pernah berkata bosan untuk kembali memperjuangkan sesuatu yang sama yang banyak orang telah bosan dengan perjuangannya.


Yang aku ingin hidup dengan alam.


Suara berisik air yang menenangkan.


Suara kicau burung yang sahdu.


Aku ingin hidup diantara mereka yang belajar dari alam.


“jangan buang sampah sembarangan” kalimat paling mengharukan yang saat ini aku tulis. Entahlah... mungkin karena aku terlalu mendalami tulisanku. Yang jelas aku ingin berseru pada kita semua. Mari bersama berusaha untuk tidak membuang sampah sembarangan. Kasian alam. Dia begitu cantik, penuh pesona, dan membuat kita merasa damai. Haruskan membalasnya dengan sisa kepuasan kita tanpa memikirkan apa yang mereka buat untuk kita.


Aku tak akan pernah peduli dengan mereka yang tidak aku inginkan. Bukan karena aku makhluk sosial yang angkuh. Aku hanya menghindari apapun yang kurang bermanfaat apalagi merugikan. Hidup ini indah. Aku percaya itu. Indah jika semua mau hidup positif. Saling bersosialisasi terutama jika itu sama-sama memberi dampak positif. Tidak akan seratus persen positif, setidaknya kita terus berusaha mengurangi yang tidak positif.


Tidak mudah memang, aku merasa kurang nyaman ketika duduk berbincang dengan mereka yang ditempa macam ibu-ibu rumah tangga ahli gosip. Begitu lihai membicarakan mereka yang tidak sedang berada disini. Aku lebih tertarik jika membicarakan diri sendiri. Sombong? Ah pasti akan seperti itu pandangannya. Tapi, bukankah lebih baik membicarakan diri sendiri daripada membicarakan orang lain? Mungkin dari sana sudah berbeda sudut pandang.


Aku lebih suka membuat sesuatu sendiri daripada bekerja mencari rupiah untuk membeli sesuatu. Yang ada di prinsipku saat ini bagaimana menggunakan rupiah itu seminimal mungkin. Ketika kita bisa menguras keringat dan menukarnya dalam bentuk kreativitas itu akan lebih membanggakan dibanding ditukar dengan rupiah. Setidaknya ketergantunganku terhadap benda yang namanya rupiah semakin lama semakin menurun. Karya itu akan memiliki kepuasan batin jangka lama.


Jangan datang padaku membawakan mahkota dan istana. Datanglah padaku dengan apa adanya. Seorang diri. Tak juga membawa nama orang tuamu. Berjalan kaki kalau perlu. Sebab aku tak peduli dengan kudamu. Aku ingin memilihmu dengan kata hatiku. Bukan kata orang tua atau kata materi. Dari dulu sampai sekarang aku hanya meyakini bahwa ketika aku memilihnya dengan hati itu berarti pilihan Yang Maha Segalanya.


Mungkin orang tua akan mempertimbangkan ini itu. Padahal apa kita akan tahu masa depan? Mereka memang melahirkan kita dan membimbing kita. Tapi semua rencana masa depan hanya Tuhan yang tahu. Jadi jika sama-sama tidak tahu, aku lebih mempercayahi diriku sendiri daripada siapapun. Tuhan sayang setiap makhluk ciptaannya melebihi sayang mereka kepada kita, jikalau nanti salah jalan, pasti hanya Dia yang bisa menolong. Bukan orang lain. Jadi saya tidak pernah takut salah memilih. Karena itulah alasannya.


This is my life. Jadi sayalah yang menjadi sopir kehidupannya. Bukan dia, kau, bahkan mereka. Masalah alur jalan yang akan aku lalui semua adalah rencanaNya.


Soo... hidup itu simpel. Selain aku dan Yang Maha Segalanya adalah bukan yang harus didengar, dilihat, dirasakan. Boleh didengar tapi tak selalu dilakukan, boleh dilihat tapi tak selalu harus diikuti, boleh dirasakan tapi tak selalu jadi pedoman. Semua tergantung diri sendiri dan restuNya menanggapi mereka. Lakukan sesukaa hati dengan sepenuh hati. Jika tidak mau dibatasi harus tau batasannya. Jika tidak mau diatur harus punya aturan sendiri. Setidaknya aku berjalan dengan itu. Membatasi diri sendiri sebelum dibatasi oleh orang lain.


Jadi kalau kamu milih A maka aku tidak harus memilih A. Bisa B, C bahkan Z. Karena benar dan salah yang mutlak tidak ada yang tahu. Selama yang kita lakukan semaksimal mungkin bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain dan seminim mungkin tidak merugikan diri sendiri dan orang lain bagiku itulah hidup.


Saya tidak peduli anda semua sepakat atau tidak dengan sudut pandang saya. Saya kurang berminat mengomentari apa kata kalian yang suka mengomentari hidup orang. Mungkin bermanfaat tapi bagiku talk less do more. Jangan hanya komentar, buktikan kalau kalian bukan hanya bisa komentar tapi juga bisa memberi contoh yang baik.


Hhmmm lapar... beli makan di warung sebelah.


Ada dialog keren yang ingin aku share.


“bu, g usah dibungkus kresek bu” (biar irit plastik, bisa mengurangi sampah)


Ehhh si ibu bilang : “g ilok mbak neg g dibungkus, g oleh lamarna engko” (g baik kalau tidak dibungkus, tidak dilamar nanti)


Jsgfdluhawdej.olaiweu


Yaaaa benginilah, langsung kacau balau dengernya. Maksudnya si ibu ini apa toh. Saya kan maunya langsung nikah g pake acara lamaran bu, bagaimana terus? Hahahahaha...


Bukan begitu,


Inilah contoh riil. Mungkin kita bisa mengubah diri sendiri tenatng sudut pandang peduli lingkungan. Jadi ya terima saja kreseknya. Pola pikir orang yang lebih dewasa memang antimainstream. Kalau sudah begitu mau ngajak mereka hemat plastik juga masih mikir dua kali. Ya harus lebih ekstra lagi dalam sosiali sasi kepada mereka yang seumuran dengan si ibu. Antara mitos masa lalu yang dibawanya hingga sekarang. Untuk bapak saya orangnya terbuka masalah ilmu pengetahuan yang diperoleh anaknya dibangku sekolah. heheheh




Minggu, 24 Agustus 2014

ini caraku untukmu



Beginilah caraku menabung. Menabung pengalaman membungkusnya dalam kaleng perjalanan.

Hei kamu, aku ingin mengajakmu bersamaku. Tetapi di satu sisi aku ingin kau mendapatkan pelajaran yang berbeda terntang proses. Agar kita berbeda. Sehingga kita bisa saling melengkapi. Salahkah? Jika iya, maaf.

Aku benar-benar selalu ingin menawarkan sebuah perjalanan padamu. Aku menukarmu dengan banyak teman, aku berharap mengobati rasa inginku. Ternyata bukan obati tetapi melupakan sesaat saja. Ketika aku mulai diampun berandai, andai kau ada disini. Bersamaku. Nyatanya kamu ada disana, entah bersama siapa. Aku hanya bisa berdoa semoga kau menjaga seperti aku yang terus berusaha menjaga.

Menabunglah dalam bentuk lain, agar nanti bisa sama-sama belajar dan membelajari. Jika. Jika kita bisa bersama. Jika tidak, ya semoga kita punya manfaat lain mengisi waktu menunggu datangnya waktu.

Entah apa yang direncanakanNya. Yang jelas aku selalu berdoa semoga rencanaku sejalan dengan rencanaNya.




tantangan bukan rintangan

Kecantikan yang sesungguhnya tidak segampang naik eskalator. Pesona yang sesungguhnya tidak mudah diperoleh oleh semua yang berupiah. Dan kesetiaan yang sesungguhnya bukan hanya yang menantimu diam di rumah. Yang aku tahu cantik itu aku dapat di atas puncak yang aku dapatkan karena pendakian yang menguras keringat. Yaaa cantik sekali tempat yang Kau ciptakan di atas sana. Pesona yang memukau bukan hanya diperoleh dengan modal saku tebal, tapi yang bertekat besar dan tidak gampang menyerah yang akan melihat pesona karyaMu yang memukau. Setia yang sesungguhnya bukan hanya yang menanti, tapi yang tetap mengunjunginya meski sudah berulang kali tanpa pernah merasa bosan.

buatku semua itu tantangan, bukan rintangan. tantangan untuk melihat keindahan yang sesungguhnya. tantangan untuk terpesona dengan caranya. tantangan untuk melatih kesetiaan padanya.

aku ingin semua apa adanya. bisa menerimamu apa adanya. 

aku tak tahu apa yang kau suguhkan nanti setelah aku berjuang, tetapi aku yakin apapun yang kau berikan padaku akan berusaha mensyukuri pengalaman yang Engkau ajarkan dalam berproses.


Ijen –Agustus 2014



Rabu, 20 Agustus 2014

Surga Tersembunyi ada disini






Selasa, 12 Agustus 2014

D I N G I N

Dinginmu kini menjelma menjadi selimut pagi.
Sinar matahari tak lagimampu melebur hadirmu.
Seakan semakin membekukan pagi.

Saat ucapan selamat pagiku tak tersampaikan

#PUISI untuk Kiss Fm Jember

Good Morning Mister

Matahari pagi selalu membawa namamu
Memenuhi seluruh relungku
Nanar matamu menatap tajam dalam pejamku
Dan tinggal bayangan semu
saat ku kembali tersadar kau mimpi bagi ku.

Selamat pagi
Mungkin hanya akan terucap dalam hati
Sembari berdoa, semoga kau dengar nanti



Jatuh Cinta Diam-Diam

*terinspirasi dari @Dwitasaridwita

“Entah sejak kapan rasa jatuh ini singgah diam-diam di hatiku membawa namamu. Yang pasti malam itu aku menyebut namamu di depan mereka tanpa seijinmu. Sejak saat itu diam-diam aku berharap namaku kamu sebut saat ada yang bertanya padamu siapa yang kamu suka. Lagi-lagi hanya dengan diam.”

“Hari-hari selanjutnya membuatku semakin diam. Diam-diam menahan degup jantung yang semakin kencang saat kamu melintas. Diam-diam menundukkan tatapan mata yang tak kuasa melihatmu. Diam-diam aku bingung harus berbuat apa jika disampingmu. Andai dapat aku ungkapkan semua, mungkin kamu akan tahu meskipun mungkin sekedar tahu seperti angin lalu.”

“Kamu enak bisa berjalan sesuka hati, berbicara semaunya, bertindak seenaknya. Aku? Aku selalu menghindari jalan berpapasan denganmu karena memandangmu dari jauh bagiku sudah cukup. Aku selalu berbicara dengan lantang agar kamu tahu ada aku disana. Mungkin kamu mencariku, jadi dengan begitu kamu akan merasa lega kalau tahu ada aku. Atau mungkin kamu akan kaget ketika tahu ada aku, yang artinya aku memberimu surprise akan kehadiranku. Minimal ada dua tujuan itulah saat aku berbicara. Ya keduanya sebenarnya adalah rasaku ketika tiba-tiba aku tahu ada kamu. Dan aku berharap rasa itu sama. Tapi mungkin tidak untukmu. Ya.. lagi lagi aku menerkanya dalam diam. Dan kamu melakukan semua itu dengan biasa saja.”

“Aku berharap dalam hitungan jam jatuhku padamu telah usai, ternyata tidak. Aku berharap dalam hitungan hari jatuhku padamu telah berakhir, ternyata belum. Aku berharap dalam hitungan bulan jatuhku padamu telah move on, ternyata tetap. Aku berharap dalam hitunga tahun..... ya ternyata aku jatuh padamu sudah dalam hitungan tahun. Masih tetap jatuh cinta padamu diam-diam.”

“Aku merasa senang saat mereka berpendapat sama seperti yang aku terka. Ya.. aku sering sekali menerka tentang kamu. Menerka tingkahmu yang menggambarkan rasa sukamu padaku. Menerka gengsimu yang menggambarkan rasa sukamu padaku. Sejak saat itu menerka menjadi salah satu jenis hobi yang aku geluti. Ketika hasilku menerka salah maka aku kembali berbicara pada cermin lamunan untuk berhenti berharap. Ketika hasilku menerka benar maka aku kembali berbicara pada cermin lamunan untuk mempercayai bahwa semua itu hanyalah kebetulan yang tidak kamu sengaja. Dan akhirnya semua hasilku menerka selalu berujung kesimpulan bahwa mana mungkin kamu menyukaiku.”

“Saat aku merindukanmu, aku tetap berusaha untuk diam sambil berteriak “i miss you soo”. Terkadang rasa rinduku bukan berupa air mata lagi melainkan rasa benciku padamu. Tidak jarang aku tiba-tiba sungguh membencimu. Benci kamu yang tak pernah tahu saat aku rindukan. Benci kamu yang malah asyik bergurau dengan yang lain saat aku rindukan. Benci kamu yang tak pernah merindukanku. Benci kamu yang malah memainkan game saat aku khawatir tanpa kabarmu. Benci kamu saat aku menunggu kabarmu ternyata kamu sedang asyik jalan-jalan.”

“Aku tak melarang kamu bercanda tawa dengan yang lain meskipun hanya berteman, tapi seharusnya kamu bilang bahwa kalian hanya berteman sehingga aku tak bertanya-tanya dia siapamu. Aku tak melarang kamu bermain game, tapi seharusnya kamu bilang kalau kamu tak ada kabar karena kamu sedang ngegame sehingga aku tak bertanya-tanya kamu sedang apa. Aku tak melarangmu jalan-jalan apalagi sama keluarga atau teman, tapi seharusnya kamu bilang bahwa kamu sedang dengan mereka sehingga aku tak bertanya-tanya kamu sedang dimana. Dan seharusnya aku bisa sampaikan itu semua. Tapi? Aku hanya bisa diam. Aku tak menyalahkanmu. Sungguh.”

“Aku mendambakanmu yang selalu bertanya apa kabar tapi aku sendiri tak mampu menanyakan itu padamu. Wajar. Sangat wajar kalau kau diam. Aku mendambakanmu yang selalu mengajakku ngobrol tapi aku sendiri tak mampu berbicara lama denganmu. Wajar. Sangat wajar kalau kamu cuek. Sungguh, aku ingin kamu yang memulai.”

“Jangan pernah menuntutku untuk bilang aku suka kamu. Aku tak akan pernah berani. Ya mungkin memang benar kalau perempuan itu tugasnya menolak dan pria tugasnya memilih. Aku hanya bisa menerimamu saat kamu memilihku. Selebihnya aku hanya akan menunggu. Menunggu sampai batas waktu tertentu untuk kemudian merelakanmu berlalu begitu saja. Maaf. Hanya itu yang bisa aku lakukan.”


Selasa, 22 April 2014

Tradisi Nyelfie sudah ada sejak zamannya masih MABA









Senin, 27 Januari 2014

my tweet


Kamis, 09 Januari 2014

Menikmati Sunrise dari Tempat Selain Petugas Dilarang Masuk

     Pagi ini memandang luas hamparan ujung pulau dewata. Yupp... pelabuhan Gilimanuk. Tak ada yang spesial malam itu selain perjalanan seperti mimpi. Hanya semalam kami disini. Hampir setiap hari saat terlelap aku selalu berbunga tidur jalan-jalan, tapi tidak untuk malam ini.
     Tepat jam 03.30 mata mulai menerawang dari sudut ke sudut mushola di pelabuhan gilimanuk setelah hampir 4,5 jam tidur beralaskan karpet dan selimut tipis bersama travelermateku Antin.
     Sedikit cerita tentang patnerku yang satu ini, sukanya kalau ngajak mbambung anak ini adalah apa aja oke, berangkat kapan aja oke, dan bersama siapa saja oke.
Dan aku paling suka sedikit berencana dan siap berangkat, bagaimanapun kisahnya diperjalanan itu bagian dari rencanaNya, dan yang pasti akan penuh keajaiban.
Yuupppp... kembali ke pelabuhan, setelah berberes ke kamar mandi langsung persiapan untuk bertemu target utama, sunrise di selat Bali. Perkiraan sunrise bakal muncul jam 5an. Itu ramalanku, untuk hasilnya kita liat nanti. Hahahahaha. Biasa prinsipe wong nekat dan karepe dewe yo ngeneki. Berhubung masih lama, mariikut kami bertemu patung budha yang semalam sempat memikat hatiku dari dalam kapal di tengah laut.

    Patungnya menjulang tinggi di daerah pelabuhan, mari ditengok saat singggah disana. Kamera yang sudah cukup bagus tapi banyak yang lebih bagus juga menjadi faktor pengambilan gambar. Wkwkwkwkwk
Setelah pukul 04.15 kami kembali menuju pelabuhan untuk mendapatkan tiket kapal laut dan segeralah kami berlayar. Hahahha.
“Tin, tempat paling tepat untuk mengambil sunrise itu di bagian atas kapal, ayo kita cari tempatnya”... tadi kan aku sudah cerita kalau patnerku yang ini abcde... sooo pasti sepakat deh sama ide ku. Hahahha
Antin : eh reg, itu ada tangga..
Rega : ooo iya, sip, ayo naik. (aku berjalan duluan menyusuri tangga).
Berpapasan petugas di ujung tangga.
Rega : mas, boleh naik?
Ptgs : iya mbak, naik aja. Tuh duduk di sofa itu.
Rega : iya, makasih mas.
Menanti sunrise sambil makan camilan di sofa yang empuk dan tak ada satupun penumpang yang mengikuti jejak kami kesini. Padahal tempatnya keren banget.
Dan yang berlalu lalang dari tadi hanyalah petugas berseragam dan kita pun berbasa-basi sambil senyum. Jadi kami melihat bagaimana kapten memberi komando untuk menutup pintu kapal, dan memberi aba-aba untuk jalan.
Sunrise sudah mulai nampak, lagi-lagi efek kamera -_- ... hahaha but benda ini yang paling setia mendokumentasikan setiap perjalananku. Yup. I love it. 
Mumumumumu (sambil ciumin kamera sony ku)wkwkwkwk
Sunrise terhalang gunung kalau dinikmati dari atas sini.... tak apalah. Ini hasilnya, biar sedikit amatiran dari cara pengambilan gambar tapi ini sudah perjuangan maksimalisasi hahahha.
Lagi enak enaknya jepret , ealah nih nih nih

   Ya ya gara-gara gambar ini maka tak ada satupun penumpang yang berani kesini. La kami? Hahaha ini hadiah dari perjalanan kami.... ruang esklusif.
    Nah kok bisa g ada yang ngelihat tulisan itu sih? Bukannya kami tak bisa baca, bukannya kami melanggar aturan. Tapi, tapiiiii semalam itu g ada tulisannya, makanya kami berani nyelonong aja kesini. Gimana mau ada tulisannya, wong pass kami naik pintunya udah terbuka aja. Yaaa anggaplah ini masuk dalam rencanaNya karena kami bener-bener pengen menikmati sunrise. Dan kapal ini serasa milik berdua. Hanya ada kami berdua dan para petugas saja...
    Dan bersyukur pula sempat melihat sang awak kapal dengan banggganya mengibarkan sang saka di setiap paginya.
  






Tertinggal Kereta di Stasiun Tengah Sawah


Tahukan kalian bagaimana rasanya TERTINGGAL oleh KERETA DI STASIUN TENGAH SAWAH di malam yang gelap dan HUJAN DERAS? Seperti tak ada jalan keluar, tak ada yang dilakukan. Selain hanya duduk diam dan menunggu datangnya superman atau wonder women.

Saat kereta berhenti di salah satu stasiun dengan Pedenya kami turun menuju pelataran stasiun yang dihiasi hujan. Stasiunnya bisa digolongkan sebagai salah satu stasiun yang kecil, tak ada petugas berseragam, loket pada tutup, dan hanya ada dua, tiga orang penumpang dan para penjemput. Kami sadar bahwa itu bukan stasiun Banyuwangi Baru saat kereta sudah mulai berjalan dan seorang bapak-bapak yang tau kita salah tujuuan berdiri sambil melambaikan tangan ke arah kereta. Bapak itu bermaksud memberi kode pada yang punya kereta untuk berhenti. Karena kereta tak punya spion jadinya tidak melihat ada kode dari si bapak deh. Usul buat bapak-bapak keretaan tolong kasi spion yang gede biar tau kalau ada penumpang yang tertinggal. Hahahhaha
Lalu apa yang kami lakukan?

Oke kami duduk di dalam stasiun dan mencari tahu ini dimana, kita ada di stasiun terakhir-1 yaitu Argopuro. Kalau g salah Cuma butuh waktu 15 menit untuk sampai stasiun terakhir. Aku mengecek kedatangan kereta selanjutnya, dan ternyata akan tiba disana pukul 21.00 WIB. Ketika hanya disana dan menunggu kereta 2 jam lagi apa yang akan kami lakukan dan atau jangan jangan ada yang melakukan sesuatu pada kami nantinya?? Hiiiiiii serem. Secara disana benar-benar hanya ada segelintir penghuni. Teman yang bekerja di kereta apipun jadi salah satu nomor yang kami hubungi, berharap dapat meminta tolong pada temannya yang sedang berdinas di Banyuwangi untuk menjemput kami. Dan ternyata?????? Mata langsung melek saat mendengar dia sedang berada di kereta Banyuwangi. Hah? Heh? Hoh? Jadi kereta yang meninggalkan kami disini itu keretamu? Zonk. Sudahlah, sudah terlanjur juga. Bantuan dari awak keretapun tak dapat diharapkan. Dan sekarang hanya mengharapkan ada bantuan dari masyarakat sekitar.

Tepat sekali, kami duduk di sebelah wonderwomen yang sedang menunggu jemputan supermen. Seorang ibu yang memiliki anak teknik sipil 2009 di universitas yang sama dengan kami. Setelah diantarkan pulang supermen, ibu itu meminta tolong untuk mengantarkan kami menuju jalan raya tempat angkot berkeliaran yang jaraknya satu kilo meter dari sana.

Terimakasih supermen dan wonderwomen telah mengantarkan kami ke pos polisi di perjalanan yang gelap dan berhiaskan rintik hujan.

Satu kisah perjalanan menuju Gilimanuk yang direncanakan olehNya.

NB. Lain kali bagi penumpang kereta dilarang fokus pada hape, kami tertinggal kereta karena masing-masing konsentrasi pada hape dan terjadi miss komunikasi. “tin, wes teko a? (sudah sampai kah?)” opo (coret) iyo ga? (apa iya ga?) tapi yang terdengan olehku “iya ga”tanpa kata apa. -_- sooo aq langsung aja turun dan diapun tanpa ragu mengikutiku turun. Alhasil????? Ya menghasilkan cerita tadi dah.

AMAZING TRIP





Sabtu, 04 Januari 2014

Saling Cuek Bersama Hujan

Awan sedang melakukan titrasi, tetesannya yang konstan menemaniku untuk tidak menyapanyadihari ini. Ku biarkan berlalu begitu saja. Sama. Diapun begitu. Tak sekalipun tetesannya jatuh mengenai tubuhku. Yaa kita saling cuek, antara aku dan kamu hei hujan. Mari sibuk dengan urusan masing-masing. Dan mungkin siapa yang disebelahku saja tak aku tau sedang apa. Saling menyapa hanya dibutuhkan awal sebelum duduk bersebelahan, lalu??? Lalu diam dan berlomba untuk membunyikan keyboard laptop. Kebiasaan masa sekarang membuat kebersamaan tak berarti sepenuhnya

Tak ada yang ingin ku lakukan, gerakan mouse ke folder satu per satu. Terhenti sejenak menikmati dokumentasi 3 Februari 2011. Langkah pertamaku untuk memulai langkah-laangkah selanjutnya bersama angkutan umum.

Jember pagi itu sangat membuatku semangat untuk melangkahkan kakiku menuju stasiun kereta api. Yaa... rasa bangga menggelayuti ayunan langkahku. Untuk apa? Untuk mendapatkan segudang pengalaman dalam perjalanan.

Apa yang kau harapkan? Suasana baru, tempat baru, asing, dan tak ku kenal siapapun kecuali temaan yang sedang kupegang tangannya disamping pundakku yang selalu tersenyum.
Benar-benar baru, asing, unik. Inikah Malang? Ya pertama kali aku meletakkan jejak langkahku disini. Apa itu perjalanan? Aku tak tahu sepenuhnya, hanya mengayunkan kaki sejauh mungkin, melepas pandangan seluas mungkin, agar senyumku menjadi ringan dan mengembang dengan ikhlas.