Pantai Pulau Merah

Terletak di ujung Selatan Pesisir Banyuwangi Jawa Timur

Bande Alit

Pesisir selatan Jember

awak kapal

Selat Bali

savana hijau

Menikmati kehijauan di savana Baluran Jawa Timur

Perahu

di pesisir wisata Pantai Bedul Banyuwangi

Kamis, 30 Juni 2011

SINOPSIS

ikhlas :

Selembar kertas dan sebatang pena tergeletak diatas meja dibawah sinar lampu yang redup. Disitu tertuliskan kalimat “ andai ini lah yang Kau kehendaki, maka ku ikhlas melepasnya “.
Dari balik pintu kamar terlihat seorang perempuan yang tengah duduk diatas kasur bersandarkan tembok kamarnya. Nampak seorang lelaki paruh baya duduk tepat berada di depannya dan agak menyamping. Mata lelaki itu menatap penuh dengan kasih sayang kepada si perempuan yang wajahnya nampak pucat dan begitu lemah. Dua orang disampingnya memijat dan mengipasi perempuan itu sembari melihatnya dengan penuh rasa iba.
Lelaki itu berkata “ Aku tlah mengikhlaskanmu”. Meski terlihat lemas, perempuan itu berusaha tuk tersenyum. Dan lelaki itupun membalas dengan senyuman pula.
Sekilas terlihat dua orang anak kecil (lelaki dan perempuan) tengah asyik bermain diluar rumah.
Lelaki itu kembali berkata “aku benar-benar tlah mengikhlaskanmu”. Perempuan itu pun kembali tersenyum.
Lelaki itu berkata “ ikhlaskanlah mereka, biar aku yang merawatnya”. Perempuan itu kini tak lagi tersenyum. Ia menatap wajah lelaki itu kemudian mengangkat tangannya dan mencakar pelan wajah lelaki tersebut. Perlahan perempuan itu menundukkan kepalanya. Suasana menjadi hening dan tak ada satupun yang bersuara hingga gambar mereka semua terlihat kabur dan hilang.



Pada Waktunya :

19.00 WIB terlihat dipergelangan tangan yang dipandang mata.
Kaki melangkah dan tangan membuka kain hitam penutup pintu dan mulai memasuki ruangan.
Cahaya lilin menerangi Pena dalam gengaman jemari mulai menari indah di atas kertas berisikan identitas diri secara singkat.
Mata memandang barisan kursi didepan panggung.
Mata mulai memandang dan mendekati salah satu kursi.
Tak ada sinar lampu selain lampu panggung hiburan itu.
Datang orang-orang mengisi kursi disekitarnya.
Aksi panggung dimulai, namun mata tak pernah fokus menatapnya. Pandangannya tak henti mengelilingi sosok-sosok manusia berlalu lalang di kegelapan.
Terdengar suara “acara telah berakhir”. Mata mulai berjalan mengikuti jejak langkah orang-orang menjauhi panggung.
Mata kembali menoleh kebelakang untuk mencari.
Bibirnya menggambarkan suatu kekecewaan.
Mata menunduk dan kaki melanjutkan langkah.
Setelah selangkah maju, lampu menyala begitu terang.
Mata mengangkat pandangannya.
Pandangan itu kini terfokus. Yaaa...... Terlihat orang tengah berbincang duduk didekat pintu keluar.
Mata mulai terfokus pada salah satunya.
Bibirnya tersenyum lega dan bahagia.
Kakinya melangkah dan tangannya mulai menyibakkan kain hitam penutup pintu itu.




Semangat Buah Hatiku

Terlihat suasana suatu rumah sakit.
Terfokus pada seorang perempuan paruh baya tengah berbaring diatas kasur.
Didampingi seorang anak kecil duduk disampingnya.
“ibu... tahu g? aku sudah pandai lo....(dengan kepolosnya)”
Si ibu menjawab dengan senyum manisnya “anak ibu sekarang sudah pandai apa lagi ?”
“banyak banget, aku kemarin sama tante di ajarin bikin kue”(si anak mulai bercerita dengan semangat)
“wah... bagaimana caranya? Ajari Ibu dong, ibu kan belum tahu cara membuat kue. Wah adek lebih pandai ketimbang ibu ya....”(si ibu memuji anaknya dengan bangga) sambil mengelus kepalanya.
“begini bu.... awalnya gula 1/4 kg di campur telur 3 butir, lalu ditambahkan tepung 1 kg. Habis itu dicampur sampai mengembang”(si anak bercerita sambil mengingat benar langkah-langkah saat ia membuat kue sesekali ia menatap ibunya)
“mau dong di bikinin kue sama adek...” kata si ibu.
“pasti, besok kalau ibu pulang aku ajarin buat kue”(sambil tersenyum penuh harapan)
“tapi aku Cuma bisa buat kue itu aja”(kata si anak dengan wajah sedikit kecewa)
Kata si ibu “ibu Cuma mau kue yang adek bisa aja, g mau yang lainnya. Yang lain pasti g enek”(sambil tersenyum menghilangkan kekecewaan anaknya).
Si anak kembali tersenyum bahagia.
Si ibu “adek sekarang pulang yaa... sudah malam. Segera tidur, biar besok waktu buat kue sama ibu si adek g ngantuk”
Si anak mengangguk sambil tersenyum. Kemudian mencium kening si ibu dan menggandeng tangan seorang lelaki lalu berjalan menuju keluar ruangan.
Kepalanya menoleh kebelakang yang terlihat seorang perempuan tadi. Tangannya melambai sambil mengucapkan “daaaddaaa”. Bibirnya tersenyum senang.
Si ibu ikut tersenyum dan meneteskan air mata.
Terlihat kembali si anak yang tetap melambaikan tangan dan tersenyum.
#gerakannya diperlambat hingga anak tersebut telah hilang dari pandangan”